Dilema Kesuksesan Fatin
Menulis artikel ini, saya yakin akan banyak haters senang dan fatinistik berang. Sebagai pengamat musik, sebagai penikmat musik, sebagai penonton, sebagai penulis, sebagai apapun saya berhak menulis apa saja. Benar kan? Termasuk kritikan ini. Untuk semua orang yang mau belajar, bukan untuk orang yang setelah membaca tulisan ini muncul dendam.
Kenapa dilema? Fatin memang fenomenal, semua orang kenal dengan sosok gadis berjilbab, masih SMA, imut, lucu, polos dan lain-lain. Sosoknya mampu memberi insprisasi bagi sebagian besar kaum perempuan, khususnya yang muda untuk larut dalam gemerlap bintang yang dihadirkan seorang gadis belia. Memang benar, seharusnya tidak perlu ada kata dilema dalam hal Fatin meraih sukses. Fatin sudah memiliki segala; musik, karir, fans, serta managemen yang andal. Namun ada kalanya itu bukan kekuatan saat Fatin tidak bisa berbenah menjadi lebih baik lagi selagi masa muda.
Nah, ini dia permasalahan dilema seorang Fatin. Beberapa kali saya sangat merana melihat perkembangan Fatin. Sebagai seorang penyanyi pemula yang baru menang dari ajang pencarian bakat spektakuler, belum ada ajang tandingan manapun. Fatin menunjukkan perkembangan yang tidak lebih spektakuler dari ajang pencarian bakat tersebut. Rasanya Fatin terlena dengan kesibukan yang kian menumpuk dan melupakan tahap penting dalam perkembangan karirnya sendiri. Sebagai seorang pemula, masih muda dan bisa mengasah kemampuan lebih baik. Tahap belajar ini yang sangat dirasakan perlu untuk Fatin menjadi penyanyi handal. Belajar bukan berarti sesaat dan di panggung saja, belajar butuh seseorang yang mendampingi dan memberi kritik.
Dengan perkembangan yang terlihat saat ini, rasanya Fatin kok tidak belajar? Terlepas dari belajar secara khusus yang sudah dijadwalkan oleh managemen (Sony Music Indonesia), Fatin perlu lebih agresif dalam belajar untuk mengasah kemampuan diri sendiri, bukan hanya mau didikte oleh pihak lebel. Pihak managemen terkesan tidak memoles Fatin dengan sebenarnya, karena managemen sudah tahu Fatin punya kekuatan di fans yang semakin banyak. Rasanya itu tidak cukup untuk modal seorang Fatin, fans boleh saja semakin banyak tetapi jika Fatin masih seperti itu-itu saja kemungkinan fans yang setia akan biasa-biasa saja tanpa rasa. Ketakutan ini sangat mendasar, melihat perkembangan selama ini.
Laku Keras di Televisi
Kesuksesan Fatin tentu bisa dinilai dari beberapa tayangan televisi yang kemudian mengundangnya menjadi bintang tamu. Tidak bisa dipungkiri bahwa Fatin mampu membuat televisi-televisi di Indonesia (selain MNC Group) berebut mengajak Fatin ikut terlihat dalam acara mereka. Semenjak ada ajang pencarian bakat di Indonesia, baru kali ini seorang pemenang laku di stasiun televisi selain televisi penyelenggara. Ini jadi prestasi tersendiri dari Fatin mengingat dia baru memulai dan sudah menimbulkan banyak decak kagum.
Kehadiran Fatin di beberapa program acara bisa untuk menaikkan rating bisa juga karena Fatin memang fenomena. Acara yang mungkin ingin menaikkan rating bisa dilihat dari Showimah; dialog antara Soimah dengan Fatin hanya sebentar lalu pamer acara mereka sendiri. Jadilah Fatin sebagai tameng untuk membuat acara ini laku karena fans mau tidak mau akan menonton, sebagai penonton saya jelas kecewa dengan acara Showimah yang kesannya tidak bisa mengeksplore sesuatu tentang Fatin sehingga ada benang merahnya keuntungan Fatin di acara ini. Sampai akhir acara tetap saja, Soimah tidak menyinggung sedikitpun tentang sesuatu yang bisa kita tahu akan Fatin.
Acara yang benar-benar mengundang Fatin karena fenomenal adalah Satu Jam Lebih Dekat di TV One. Saya salut dengan Indi Rahmawati dan produser acara yang mengungkap sisi baik buruk seorang Fatin. Acara ini memang acara berbobot, tokoh yang dihadirkan pun orang yang punya pengaruh besar bagi bangsa, dan sekali lagi karena TV One bukanlah TV sembarangan yang mau begitu saja mengundang penyanyi kelas teri. Dialog Fatin dengan Indi memang tergolong ringan, namun makna yang terkandung dalam acara ini tentu sangat dalam. Fatin benar-benar digali habis-habisan sampai orang tahu kelebihan dan kekurangan idola. Acara seperti ini yang bisa ditiru televisi lain dalam mengundang Fatin, jangan hanya untu menaikkan rating semata dan Fatin melongo sendiri. Kejadian seperti ini bisa terjadi lantaran Fatin masih belum bisa berbuat banyak dan ikut saja alur yang dimainkan.
Selain acara musik, masih banyak acara lain seperti Bukan Empat Mata, Hitam Putih, yang memberi angin segar dan tidak hanya ingin acara mereka laku. Seharusnya managemen benar-benar mensortir acara yang akan dihadiri Fatin, melihat apa saja mau acara tersebut, bahkan roundown acara seharusnya diketahui managemen sebelum Fatin tampil. Ini penting, karena managemen akan tahu sosok fenomenal ini akan digali sampai sejauh mana dalam sebuah acara. Bukan lagi karena ada di sebuah acara karena honor atau biar lebih terkenal, itu tidak perlu karena Fatin sudah terkenal. Dan yang lebih heran, kenapa TransCorp yang sering mengundang Fatin ke acara mereka dibandingkan MNC? Selain acara gossip, belum ada acara khusus yang menayangkan sosok Fatin seperti TransCrop lakukan. Dalam hal ini managemen bisa saja mempengaruhi RCTI sebagai penyelenggara X Factor Indonesia untuk membuat acara khusus, dialog ringan, nyanyi beberapa lagu, baca status jejaring sosial, semacam Satu Jam Lebih Dekat TV One, rasanya Fatin akan mendapatkan tempat tersendiri karena dari stasiun inilah Fatin lahir. Jika banyak sisi sudah diambil oleh televisi lain, sisi yang diliput RCTI akan terasa hambar.
Manggung Di mana-mana
Sebagai penyanyi sudah selayaknya Fatin hadir di berbagai acara dan daerah. Undangan yang masuk ke managemen tentu harus diseleksi lebih ketat dan disesuaikan dengan jadwal dan kemampuan Fatin. Berulang kali kita baca informasi Fatin akan ke daerah tertentu dalam waktu dekat dengan daerah lain. Sebagai penyanyi pemula, Fatin pasti akan terkejut. Managemen sebesar Sony Music Indonesia tidak akan melakukan hal ini, namun lagi-lagi kesalahan mereka tidak bisa dipungkiri. Dengan hadirnya Fatin di berbagai acara dalam waktu yang relatif singkat, kebutuhan istirahat dan belajar Fatin pun terbengkalai. Jadilah, Fatin tidak bisa belajar mengasah kemampuannya. Terlihat di beberapa acara televisi yang membuat saya kecewa. Sebut saja acara Masterpiece yang tidak bisa menghadirkan sosok Fatin yang fenomenal. Fatin memang punya ciri khas tersendiri, namun dalam acara ini Fatin tidak bisa dikatakan lebih baik dari Maudy Ayunda. Saya melihat bagaimana tenangnya Maudy Ayunda dalam bernyanyi dan bercakap-cakap dengan Ahmad Dhani. Untuk hal karakter Maudy memang kalah, namun teknik Maudy jauh lebih menguasai dari Fatin. Inilah yang harus Fatin pelajari, Maudy sosok yang sangat pintar baik dalam musik maupun pendidikan. Fatin tak lantas tertinggal karena sibuk manggung di mana-mana. Kesuksesan Maudy dalam hal berkarir dan belajar bisa didalami Fatin.
Apapun yang terjadi, perbandingan itu tetap ada. Fatin atau Maudy? Kelelahan jadwal manggung tentu tidak bisa menyisakan waktu untuk Fatin belajar. Belajar itu bukan untuk mengasah kemampuan dalam bermusik, namun belajar dalam arti pendidikan formal. Musik akan mengantarkan karir lebih baik dengan honor melimpah, pendidikan sebenarnya akan mengantarkan Fatin disegani sebagai penyanyi yang hebat. Rossa sebagai mentor bisa menyelesaikan pendidikan sarjana, Maudy akan melanjutkan ke Oxford University, Inggris. Sebuah kebanggaan jika Fatin mampu melakukan hal yang sama, bukan pintar atau bodoh bisa masuk ke perguruan tinggi bergengsi seperti Oxford, tetapi kerja keras dan tidak berhenti belajar.
Fatin harus belajar, manggung di mana-mana tanpa pembelajaran akan terasa sangat hambar.
Brand Ambassador Rabbani
Satu lagi keberhasilan Fatin selain bidang musik. Dalam usia yang masih belia dan usia karir yang masih bayi Fatin sudah mampu menghipnotis Rabbani meminangnya. Prestasi ini tentu tidak main-main, menjadi Brand Ambassador tidaklah semudah yang dibayangkan. Rabbani tentu punya kriteria khusus menjadikan Fatin sebagai ikon produk mereka. Satu sisi bangga karena Fatin bisa menjadi ikon muslimah. Sisi lain Fatin harus mengontrol kepercayaan produsen ini agar tidak menjelekkan ikon muslimah, sikap dan tingkah laku Fatin akan mencerminkan identitas muslimah berjilbab yang disandangnya.
Gaya berjilbab Fatin tentu ditiru oleh banyak remaja di seluruh Indonesia. Apalagi sekarang ini banyak sekali remaja yang sudah menggunakan jilbab sebagai permanen. Hadirnya Fatin membawa angin segar pada remaja putri yang ingin mencari arah fashion remaja. Tanggung jawab ini bukan main-main, apalagi dengan dukungan Rabbani Fatin bisa menjadi ikon yang tak terkalahkan bagi busana muslimah khususnya remaja.
Akan Main Film
Isu yang beredar, Fatin akan main film bersama Hanung Bramantyo dalam 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Rais. Memang sebuah prestasi untuk remaja yang baru memulai karir. Sisi lain tentu sebuah petaka bagi Fatin. Saya yakin Hanung bisa mengarahkan Fatin menjadi pemeran hebat. Saya juga meragukan kemampuan Fatin yang baru memulai di layar kaca, main film pula. Saya merasa bahwa hidup tidak semuanya instan. Bukan pula saya mengatakan Fatin tidak layak main film, namun ada waktu yang bisa membuat Fatin menjadi bintang film. Proses belajar terlebih dahulu diutamakan sebelum Fatin meraih sukses yang berserak.
Film adalah tantangan tersendiri, Fatin akan bisa berperan sebagai tokoh dalam film ini. Jika bagus dia akan sukses, jika tidak maka banyak kritikan yang menghampirinya. Ditambah haters berserakan menunggu kejelekan Fatin.
Kapan Waktu Belajar?
Jawaban ini ingin sekali saya dapatkan dari Fatin maupun fatinistic yang tahu. Mengingat banyak sekali jadwal yang harus diisi Fatin waktu belajarnya tidak berbaca sama sekali.
Belajar dilakukan di mana saja. Dari apa saja. Namun belajar yang khusus diperlukan oleh seorang Fatin yang baru memulai. Mulai dari belajar vocal, memerankan tokoh, memainkan alat musik, menciptakan lagu. Semua butuh proses yang tidak sebentar. Ini perlu, untuk Fatin menjadi lebih baik.
Fatin terus melaju dengan kesuksesannya, masalah akan terus menghampiri dan tidak bisa dihentikan dengan hentakan kaki. Usia muda tidak bisa disia-siakan dengan terlena tanpa belajar. Kuncinya hanya pada kata belajar. Beberapa penampilan mengecewakan dan penuh kritik, perbaiki di masa datang.
0 comments:
Post a Comment